Apa Gejala Ensefalopati?

Diagnosis dan pengobatan ensefalopati sangat kontroversial dan sering membingungkan

Dokter berjuang dengan perbedaan antara bentuk ensefalitis yang lebih ringan, seperti influenza, dan delirium. Mereka juga berjuang untuk mengenali delirium dari ensefalitis, karena pasien yang menderita demensia seringkali tidak tampak mengalami perubahan status mental yang parah. Penting untuk diketahui bahwa pasien yang menderita Alzheimer, Parkinson, atau gangguan psikiatri, dan yang gejalanya mirip dengan penyakit ensefalopati, juga dapat didiagnosis menderita sejenis gangguan otak, meskipun gejalanya tidak memenuhi kriteria untuk penyakit otak ensefalopati.

Kebanyakan dokter akan mendiagnosis gejala dari semua jenis penyakit otak berdasarkan adanya ciri-ciri ensefalopati yang sama. Jenis gejala yang paling umum yang terkait dengan ensefalopati termasuk kejang, kekakuan otot, kelelahan, peningkatan kepekaan terhadap rasa sakit, kejang, penurunan kesadaran dan halusinasi, dan kelemahan anggota badan dan ekstremitas. Namun, tingkat keparahan gejala ini akan bervariasi dengan kasus individu dan tidak boleh digunakan sendiri untuk membuat diagnosis ensefalopati.

Salah satu cara untuk membedakan penyakit otak ensefalopati dari gangguan non-neurologis adalah kurangnya manifestasi fisik penyakit seperti kejang, kelumpuhan, kekakuan otot, dan kelelahan. Jika Anda yakin bahwa pasien Anda menderita ensefalopati, mintalah dia untuk menjelaskan tanda-tanda fisik apa pun yang mereka miliki yang tidak terkait dengan kondisi neurologis, termasuk gejala depresi, gangguan ingatan, sakit kepala, dll.

Meskipun gejala ensefalopati umumnya terkait dengan gejala penyakit neurologis umum, riwayat medis pasien yang menderita ensefalopati sulit untuk ditentukan. Kehadiran salah satu gejala di atas mungkin menunjukkan gangguan neurologis, tetapi gejala lain mungkin ada, jadi penting untuk mempertimbangkan semua kemungkinan.

Karena kurangnya manifestasi fisik dari mekanisme perlindungan otak, tidak ada tes yang dapat menentukan keberadaan ensefalopati dengan kepastian yang mutlak. Banyak dokter mengandalkan riwayat klinis dan pemeriksaan fisik, tetapi terbatas untuk mengesampingkan ensefalopati melalui tes laboratorium, studi pencitraan, atau pemindaian otak.

Satu-satunya tes yang tersedia untuk memastikan diagnosis ensefalopati neuropsikiatri adalah studi neuroimaging, seperti pemindaian MRI, pemindaian PET/CT, pemindaian CT, MRI/Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), positron emission tomography /radiometri (PET/PET) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI). Tes pencitraan ini dapat mengungkapkan kelainan pada neurotransmiter di otak, termasuk dopamin dan norepinefrin, yang penting untuk perkembangan otak yang tepat.

Penggunaan pemindaian positron emission tomography (PET) atau magnetic resonance imaging (MRI) membantu menunjukkan kelainan pada struktur jaringan otak dengan menghasilkan berkas positron yang mengikat molekul oksigen di otak untuk mengungkapkan kepadatan molekul ini. Laser pemancar positron yang digunakan untuk pencitraan PET/CT dapat mengungkapkan kadar karbon-14 yang tidak normal dalam jaringan otak, yang menunjukkan jumlah atom ditiol yang tidak normal dalam jaringan otak.

Selain itu, pasien dengan ensefalopati dapat didiagnosis menderita kanker otak karena sebagian besar kanker membutuhkan karbon-14 di otak untuk membentuk sel-sel baru. Selama karbon-14 ditemukan dalam darah, ada kemungkinan besar bahwa pasien menderita kanker otak dan mungkin juga menderita ensefalopati.

Tidak ada obat untuk kondisi ini, meskipun ada beberapa pilihan pengobatan

Perawatan berkisar dari prosedur bedah hingga terapi radiasi, yang biasanya digunakan untuk kasus ensefalopati ringan.

Pasien yang mengembangkan ensefalopati biasanya menjalani rejimen pengobatan dan dipantau secara ketat karena mereka mungkin memiliki masalah dengan pengobatan atau tingkat keparahan ensefalopati itu sendiri. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kondisi neuropsikiatri ini termasuk psikostimulan, antidepresan, antipsikotik, dan antikonvulsan.

Beberapa peneliti percaya bahwa cerebral palsy, diabetes, penyakit Parkinson, epilepsi, stroke, dan keterbelakangan mental juga dapat disebabkan oleh ensefalopati. Jika penyakit ini didiagnosis pada anak-anak yang menerima pengobatan untuk ensefalopati, mereka akan menerima pengobatan standar RajaChanger, meskipun kondisi ini dapat terjadi secara terpisah.

 

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *