Neuropati otonom adalah bentuk neuropati yang sangat serius, yang memengaruhi sistem saraf otonom non-penginderaan, terutama yang memengaruhi daerah tulang, jantung, saluran pencernaan, dan genital.
Jenis neuropati ini tidak ada obatnya yang permanen tetapi pengobatan terbaik untuk pasien adalah dengan mengendalikan kerusakan saraf yang terjadi dengan menggunakan obat-obatan yang dapat diminum dalam bentuk kapsul atau oral.
Sesuai temuan penelitian medis, jenis neuropati ini menyerang sebagian besar orang yang berusia di atas 60 tahun, terutama orang tua yang kehilangan penglihatan karena kerusakan terus menerus pada sistem saraf karena beberapa penyakit. Fakta bahwa hal itu mempengaruhi begitu banyak orang yang berusia di atas 60 tahun sama sekali tidak mengherankan karena fakta bahwa mekanisme perlindungan tubuh sebagian besar terpengaruh.
Gejala neuropati ini biasanya sangat mirip dengan gejala yang terkait dengan infeksi dan alergi, terutama jika memengaruhi sistem kekebalan. Beberapa gejalanya antara lain nyeri dada, denyut nadi meningkat, keringat meningkat, mual, muntah, diare, dan pusing, antara lain. Sebagian besar gejala ini disebabkan oleh kerusakan yang dialami tubuh karena kerusakan saraf dan fungsinya.
Gejala-gejala ini dapat dipicu oleh segala bentuk stres, entah itu karena infeksi atau penggunaan antibiotik secara terus menerus di dalam tubuh. Meskipun, tidak jarang beberapa pasien yang menderita kondisi ini terpapar beberapa zat berbahaya, namun obat yang paling umum dan umum digunakan untuk mengobati neuropati ini meliputi yang berikut; beta blocker, antikonvulsan, obat anti kejang, antidepresan, calcium channel blocker, obat anti inflamasi, terapi fotodinamik, fotokoagulasi dan stimulasi listrik, dan bentuk lain dari terapi fotodinamik.
Hal penting lainnya yang perlu diketahui tentang neuropati otonom adalah bahwa hal itu sering menyebabkan banyak masalah lain di tubuh, yang membuat pengobatan menjadi lebih sulit daripada sebelumnya.
Beberapa dari kondisi tersebut antara lain: hipertensi, gangguan hati, penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, stroke, dan gagal ginjal. Perawatan untuk kondisi ini tergantung pada jenis neuropati dan gejala yang terkait.
Menurut penelitian medis, ada beberapa cara untuk mengontrol jenis neuropati ini. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan obat-obatan dan pengobatan seperti beta blocker. Obat ini memblokir sinyal yang masuk ke otak dari saraf tepi, yang bertanggung jawab untuk menstimulasi jantung dan pusat pernapasan, sehingga mengurangi tingkat stres dalam tubuh.
Obat yang paling umum digunakan untuk kondisi ini adalah penghambat beta, seperti Alferm, Atabrine, dan Kortikosteroid, yang juga dikenal sebagai antihistamin kortikosteroid. Namun, obat ini dapat menyebabkan efek samping, seperti otot lemas dan nyeri, sehingga diperlukan alternatif yang lebih aman.
Bentuk pengobatan lain adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang membantu mengendalikan peradangan dan membantu mengurangi rasa sakit.
Namun, obat ini harus diminum dengan dosis yang tepat dan teratur untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko terkena infeksi.
Selain itu, jika penghambat beta tidak bekerja, maka obat anti kejang diberikan. Obat-obatan ini sering diresepkan untuk pasien yang menderita neuropati otonom.
Selain NSAID, ada juga obat lain yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan kerusakan sistem saraf akibat kerusakan saraf. Contoh obat ini termasuk kortikosteroid, asam butirat, dan penghambat saluran kalsium.
Pasien biasanya diberikan perawatan selama beberapa minggu, atau bahkan berbulan-bulan, sebelum mereka mulai melihat hasilnya. Terkadang, mungkin ada efek samping yang mungkin memerlukan perawatan tambahan.
Ada juga banyak prosedur medis yang tersedia untuk orang yang menderita neuropati jenis ini, bergantung pada seberapa banyak kerusakan yang terjadi pada saraf. Beberapa dari operasi ini digunakan untuk orang-orang dengan jenis neuropati ini, sementara yang lain membantu meringankan gejala atau mencegah gejala yang akan datang.